"Selamat Datang di Blog K3A - Keluarga Karyawan Katholik PT. Apac Inti Corpora, Semarang - Jawa Tengah, Indonesia.... St. Stanislaus: "Ad Maiora Natus Sum. Aku Dilahirkan untuk Hal yg Lebih Besar" ...Blog ini didukung oleh MUTU PRIMA CONSULTING Konsultan ISO 9001 - Konsultan ISO 14001 - Konsultan System Manajemen Energy........."ORA ET LABORA"........ Yohanes 14:6 - Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran serta hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.........."BERKAH DALEM"......... "TUHAN MEMBERKATI KITA SEMUA"

Wednesday, December 1, 2010

Exorcism. Romo Harsanto, Pr Mengusir Setan

Saudara-Saudari terkasih, para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan exorcisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah  memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS, sehingga saya yang sempat membacanya dengan sambil lalu waktu itu, toh menjadi ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Saya pun makin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus alasan  ketakutan setan.

Kisahnya begini.

Tanggal 27 November 2010, hari Sabtu. Saya mendampingi rekoleksi OMK Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung bagus dan inspiratif sampai malam. Setelah acara api unggun, semua bersiap tidur. Saya masuk kamar. Baru saja jatuh tertidur, pintu diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa lain memberitahu bahwa di Cibulan, di bawah Cisarua ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat timur yang sedang rekoleksi,. Mereka membutuhkan bantuan imam untuk mengobati 4 mahasiswi yang kesurupan. Satu bahkan menghilang, tak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm Hari Sulistyo sudah pulang dan tak akan kembali lagi ke sana. Saya bayangkan,  jarak antara Cipanas hingga Cibulan sekitar 15 Km. Jauh juga. 

Menjelang pk 23 begini pula... Tapi baiklah kuberangkat disertai Martha dan Anton. Sambil mengemudikan stir saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri kerasukan setan dan perbedaannya dengan yang stress berat/depresi. Jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan juga perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Sebenarnya saya  orang yang skeptis dengan urusan begini. Saya datang sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Pastoral kehadiran sajalah. Namun saya tetap mencoba mengingat kembali teks itu. Kebetulan HP BB saya hang setelah kesiram air teh di gerbong KA saat  dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Maka, tak bisa membuka kembali teks dari milist itu. Pokoknya mengingat saja, sambil bincang-bincang dengan Anton dan Marta.

Sesampai di villa tua itu, terlihat para "pasien" sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. Yang hilang sudah ditemukan, katanya ada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu yang kata mereka paling kuat. Pak Kiyai/dukun setempat sudah dipanggil sejak pk 19 tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka panggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Kata mereka, pak pendeta  menyatakan tak sanggup pula lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi di tergeletak di sofa. Pasien terparah itu perempuan kecil saja. Tergolek tengkurap di sofa, ditunggui teman-temannya. Sudah tidur kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur... ” Tetapi beberapa mahasiswa minta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya dia putuskan dan lempar ke halaman. Anehnya, rosario itu mereka temukan telah ada di WC villa. Salib besi itu dia ludahi. Hhmm... masih dengan agak skeptis saya mendekatinya. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu.

Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya... lhoh.. melihat ke arah mata saya... Aneh... Saya agak tersinggung. Lha kok melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” ... Saya nekad... saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka tentu bereaksi keras. Agak skeptis, tetap dengan memegang erat jari-jari kaku mencekam anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar ”Keluar dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”. Reaksinya begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. 

Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku face to face, eyes to eyes.. mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian... dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia tanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?. Saya jawab ”Kamulah yang takut!” . ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Kujawab ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini” . Dia jawab: ”Tempat ini nyaman,. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya jawab: ”Tak ada kompromi. Kamu tak bisa membunuh anak ini dan tak kan mampu membawa nyawanya”. 

Setan ini pun menantang saya, katanya, ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Yesus karena dia juga mengaku sebagai anakNya, tidak takut ada Sakramen. Maka selama pk 23.45 hingga masuk hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik itu bergumul. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, kadang menjadi ganas, kadang tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah banyak kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua, mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh Setan bahwa Romo akan dia  bunuh jika anak itu tidak taat pada Setan. Maka si anak merasa lemah karena tak mau Romo diapa-apakan oleh Setan. 

Dan yang paling gila ialah, jumlahnya ketika masuk lagi makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih bernahasa Inggris, dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya ajak dia dialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar setan atau anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu dan makin yakin kebenaran isinya. Saya katakan padanya ”Kekuatanmu hanya seperempat, masih ada Malaikat Agung St Mikael, serta Gabriel dan Rafael.”  Ia mundur, melepaskan lagi anak itu. Tiba-tiba masuk lagi, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Ia suatu saat jatuh di salib. Ia menjerit panas. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia teriak panas dan tersiksa. Begitulah ia pergi lagi. Namun cepat kembali lagi lebih banyak lagi. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya jawab ”Kekuatanku dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Dia menjerit-jerit lagi. Lari lagi... Ada berita bahwa 3 mahasiswi lain sudah dilepas. Semua memang berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.

Ketika masuk lagi yang teraksir kali, dia memeluk saya, dan dengan seolah suara si makasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya ”mak prinding”, terasa bulu kuduk berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Saya bangkit keberanian. Saya teriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, penghulu setan, datang!” Para mahasiswa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang teriak, ”Hancurkan saja, Sikat  Romo!”. Dia berkata ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab: Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan malaikat Agung Mkael atasan langsungmu! Taatlah padaNya!”  ”Sayalah Tuhan”, jawabnya”. Saya banting dia, dan kami berpegang  tangan sambil saling lawan. ”Saya mulai keringatan dan tenaga terkuras, tetapi tetap saja saya  melawannya: ”Kamu lah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah terima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa!, dan kalian imam-imam semua bodoh!” Saya marah sekali.   ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Mau melawan imamatNya?” dia jawab ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”

Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya lepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan air suci. Ia menjerit panas, dan lari.
Saat itu, saya berpikir, dini hari begini, semua kacau jika tak diakhiri. Saya perintahkan tubuh mahasiswi ini digotong, dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya telpon Mbak Sari dan Suster Lisa PKarm. Mbak Sari  dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.

Si Mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat... dia mengejar...” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, Salam Maria. Dan tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya.. Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” ” Anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Martha tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak. Saya katakan: ”Kamulah yang harus bertanggunghjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan alaknat! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu kubawa ke hadapan Dia, tahu rasa kau nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi ”Sia-sia semua ini Bapa... Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Saya debat dengan tegas bahwa dia hanya harus boleh tunduk pada Kristus! ”Sayalah tuhan, I am the Lord” katanya. Saya tertawakan dia. 

Dia mengancam akan menggulingkan mobil. Kujawab: Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan berhasil kau gulingkan!”  Saya ingatkan akan Sto Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Santo Yohanes Maria Vianney kumohon mendoakan aku untuk mengalahkan dia. Dia lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menajwab ”Rasain lu” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Kujawab ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami debat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang... dalam setengah jam mendekati Lembah Karmel, mendekati Sakramen Mahakudus. Dia mulai menendang dan berontak lagi. ”No place for evil, you know!”, kutantang dia. ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Di jawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, kutahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!”  Dia mengkikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh.  Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Kujawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan kayak kamu!”. Dia jawab lagi “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri padaku, Bodooh!” Kupancing dia: “Jadi, ayahnya mengikkat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan bodoh, kamu keliru imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri pada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri padaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga. Jadinya kami kekek-kekekan. Dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha... Maka  acara kita satu-satunya di depan sakramen mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi gara-gara Putra-Nya menjadi Manusia”... Dia meradang ”I hate you.. I hate all priests of Christ...!!!” Sampai di situ saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Saya bayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup menguatkan batin saya. Pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah tampak... dia teriak lagi ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan” Kujawab: ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’  Ia merajuk lagi ”Romo, ini saya, saya sudah sadar... saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana” Kujawab ”Sadar gundulmu kuwi! Kami bawa kamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu, Monyong!”.

Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak samping kapel, depan wisma St Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan kecil namun bobotnya berlipat-lipat.  Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil... tak kan berhasil kikikiiiiikkk....”  Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta pinjam korek api dari pak Satpam, saya nyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut  di hadapan tabernakel. Mohon kekuatan Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap sebelah kiri si mahasiswi. Mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si jahat. Ami tidak sanggup dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaekat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini) : ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini, Dalam Nama Bapa, dan putra dan roh Kudus, Amin”. Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kaknya, lalu  menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya... sedetik kemudian  terkulailah  tubuh si mahasiswi ini... Si jahat sudah keluar dari tubuhnya.

Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus... ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas ”Ooo... malaikat banyak sekali... oooh.. Romo, lihat?.. Ooo... dia yang terjelek, hitam telah diborgol... dimasukkan kereta... Ooo malaekat Agung Santo Mikael... ooh.. Sampai di pintu besar, dia minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman saya harus kembali... Itu Tuhan...”  Dia kutuntun dengan tangannya menggapai ke arah Tabernakel...” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus... Lalu menuju tabernakel, memeluknya erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis dan di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia peluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak kan meninggalkan engkau dan putramu”...

Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Masih pk 04.30.

Setelah makan minum, anak itu bercerita bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa. Ia melihat 2 manusia  bertanduk. Ia takut lalu menceritakan ke temannya. Makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya ke orang. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua kesurupan, maka spontan dia persilahkan merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk ikut dia. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika tak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat malaikat membisikinya bahwa romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu. Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan kereta untuk melesat membuang si jahat ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat Minggu I.

Sampai Minggu sore tak habis-habis saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung  dan St Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Makin yakin bahwa  alam maut tak kan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai janji Tuhan. Amin. Terima kasih telah membaca sharing ini. Semoga berguna bagi iman harapan dan kasih para pembaca kepada Allah pencipta langit dan bumi.  Salam saya. Yohanes Dwi Harsanto Pr.
Baca Selengkapnya...

Sunday, November 14, 2010

Tanda-tanda Zaman dan Lima Pilar Program Paroki Girisonta

Paroki Girisonta mencanangkan Program Lima Pilar untuk menjawab tanda-tanda zaman. Hal itu diuangkapkan Romo A. Danang Bramasti, SJ dalam misa perayaan 78 tahun Paroki Girisonta, Minggu 14 November 2010, di gereja Santo Stanislaus - Girisonta, Keuskupan Agung Semarang.

Berikut ini kutipan dari pernyataan / sambutan Romo A. Danang Bramasti, SJ seperti yang dimuat dalam buku panduan misa 78 tahun Paroki Girisonta tersebut.

"Melayani Tuhan dengan Melayani Sesama dan Lingkungan Hidup"
(Sebuah Usaha untuk Berbagi Berkat)

Saudara-saudari yg terkasih dalam Kristus, berkah dalem.

Paroki St. Stanislaus Girisonta memasuki usia ke 78. Sebuah usia yg sarat dengan pengalaman. Banyak peristiwa telah dilalui oleh paroki ini baik suka maupun duka. Semua itu merupakan bekal untuk mendewasakan iman umat Girisonta.

Dalam kedewasaan iman ini, marilah kita melihat beberapa hal yg merupakan tanda-tanda zaman untuk kita cermati bersama.

Saat ini hal yg paling nyata dihadapi umat adalah soal pengangguran. Ribuan orang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di wilayah Paroki Girisonta ini. Hal ini tentu berdampak besar pada kehidupan umat kita. Kesulitan ekonomi punya dampak besar pada kehidupan keluarga-keluarga di Girisonta ini.

Selain pengangguran, gagal panen juga melanda wilayah ini. Hama tikus adalah penyebab terbesar kegagalan ini. Selain gagal panen, areal persawahan pun semakin menyempit. Ratusan hektar lahan sawah berubah menjadi pabrik. Bidang pertanian nampaknya gagal menopang perekonomian warga.

Dampak dari dua peristiwa itu adalah soal pendidikan. Keluarga-keluarga banyak yg kesulitan membiayai anak-anaknya untuk sekolah. Selain itu banyak anak yg sebenarnya punya potensi dalam bidang pendidikan tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena ketiadaan biaya.

Dampak yg tidak kalah penting adalag soal lingkungan hidup. Selain mengurangi lahan hijau sebagai resapan air, puluhan pabrik yg ada di daerah ini punya potensi besar mencemari lingkungan. Pencemaran lingkungan mengancam daerah ini.

Kesehatan juga menjadi hal yg perlu diperhatikan. Para buruh seringkali bekerja dari pagi hingga malam dan tentu mengganggu kesehatan mereka. Ketiadaan uang membuat kesehatan menjadi terabaikan.

Satu hal yang mungkin luput dari perhatian adalah soal panggilan menjadi biarawan-biarawati. Selama 78 tahun paroki ini berdiri, tercatat ada 24 putra-putri Girisonta yg menjadi biarawan-biarawati. Berapapun itu, tentukita syukuri, namun kita perlu menggalakkan promosi panggilan agar lebih banyak lagi yg terpanggil.

Berdasarkan pada lima tanda-tanda zaman itu, maka saya sebagai pastor kepala paroki mencanangkan program yg kami sebut dengan lima pilar yaitu:

“Pengembangan Sosial Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Promosi Panggilan”.

Pilar-pilar ini diharapkan menjadi acuan dalam setiap kegiatan di paroki. Apapun kegiatn di lingkungan, wilayah, ataupun paroki, hendaknya mengambil minimal satu pilar tersebut untuk menjadi fokus kegiatan. Seperti perayaan hari paroki tahun ini, bahkan mengambil semua pilar untuk dikembangkan. Sungguh hal yang membahagiakan.

Semoga dengan perayaan ini kita semua disadarkan bahwa, ada banyak hal atau keprihatinan yang bisa kita tangani. Kunci dari semua ini adalah kerelaan untuk melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap sesama dan lingkungan hidup kita.

Akhir kata, saya mengucapkan selamat hari paroki. Semoga umat Girisonta bahagia dan sejahtera. Tuhan memberkati.

Salam,

A. Danang Bramasti, SJ.


posted by: stanley sutrisno

Baca Selengkapnya...

Thursday, September 30, 2010

Ekaristi Pesta Emas Pak Ramelan HP bersama Kardinal Darmaatmaja, SJ

“Suwe ora jamu, jamu godhong klueh. Suwe ora ketemu, barang ketemu rambute wis puteh kabeh” demikian cuplikan pantun yang disampaikan oleh Kardinal Darmaatmaja SJ saat membuka homilinya dalam Perayaan Ekaristi Syukur 50 tahun Penerimaan Sakramen Perkawinan (Pesta Emas) Aloysius Ramelan Hadi Purwanto dengan Maria Bernadetha Sarini, Senin 13 September 2010 di Lingkungan Ignasius Glodogan. Tak pelak pantun tadi disambut senyuman sekitar 150 umat Katolik yang hadir dalam misa tersebut. Misa itu sendiri dipimpin oleh Kardinal Darmaatmadja, SJ didampingi Magister Novisiat Girisonta, Romo Leo Agung Sardi SJ dan Pastor Paroki Girisonta Romo Antonius Padua Danang Bramasthi SJ.

Dalam kotbahnya, Romo Kardinal Darmaatmadja menekankan pada semangat untuk setia mencintai pasangan seperti yang dicontohkan oleh pasutri Ramelan dan Sarini. Betapa waktu 50 tahun adalah waktu yang tidak sebentar untuk membangun sebuah rumah tangga. “Jadi jika diantara Bapak atau Ibu yang saat ini sedang “diuji” hubungan suami istri, contohlah pasutri ini” tambah mantan Uskup Agung Jakarta ini. “Namun yang paling penting dalam membina keluarga sebagai orang Katolik, letakkanlah Yesus sebagai dasarnya” tambahnya.  

Al. Ramelan Hadi Purwanto atau sering dipanggil Mbah Guru, merupakan baptisan pertama di Wilayah Maria Assumpta Glodogan pada tanggal 17 April 1954 oleh Romo Leo Van Workens. SJ, dengan Nomor Induk I/197/236. Sedangkan Istrinya juga sebagai baptisan perempuan pertama juga di Wilayah Maria Assumpta, pada tanggal 5 April 1958 oleh Romo Y Stommesang. SJ, dengan Nomor Induk I/207/349. 

Mantan Kepala Sekolah Dasar (SD) Kanisius HarjosariGlodogan ini dilahirkan pada hari Rabu legi, tanggal 25 Agustus 1939 pasangan Paulus Sutarja dan Maria Nailah. Istrinya  Maria Bernadetha Sarini di lahirkan pada hari Senin Wage, tanggal 18 Agustus 1945 (sehari setelah Hari Kemerdekaan RI) pasangan dari Yosef Wongsodikromo dan Maria Mukisah. 

Perayaan pesta emas pernikahan ini terasa istimewa, karena berbarengan dengan Hari Raya Idul Fitri 1431 H. Adapun tujuan dari perayaan itu adalah untuk menyukuri karunia Tuhan atas berkat dan pendampingan-Nya sehingga biduk rumah tangga salah satu tokoh Katolik di Glodogan masih tetap bertahan sampai saat ini. “Kuncinya adalah Kasih Kristus, maka tema Misa syukur ini adalah “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri” kata kakek 13 cucu ini.

Pasutri ini menerimakan Sakramen Perkawinan dari Romo H. Haripramata, SJ pada tanggal 2 Oktober 1960 dengan saksi I Y.B Tjokrodihardjo dan saksi II Y. Berchmans Wahana. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, pasutri ini dikaruniai 4 anak kandung dan 1 anak angkat sebagai anak sulung. Dan kelima anak mereka telah berumah tangga dan bekerja di berbagai bidang, ada yang menjadi PNS, Pemilik Tour & Travel di Denpasar, Wiraswasta, pegawai swasta sampai pemilik Franchise Klub Ade Rai.
Sebagai seorang baptisan pertama di Glodogan, tanpa disadari hal ini merupakan sebuah tugas perutusan dari gereja untuk ikut menyebarkan Injil di tengah masyarakat yang waktu itu masih banyak yang menganut aliran kepercayaan. Mbah Guru sadar akan konsekuensi itu, maka sepanjang kurun waktu 43 tahun berkecimpung dalam kegiatan gereja banyak tugas dan tanggung jawab yang telah diembannya, mulai dari Ketua Lingkungan, Ketua Wilayah, Katekis sampai menjadi Prodiakon.
“Bukannya tidak mau diganti, namun saat itu belum ada umat yang mau mengganti. Namun saya bersyukur, dengan beriringnya waktu kesadaran umat mulai terbentuk sehingga saat ini mulai muncul wajah-wajah baru dan muda yang aktif di Gereja Maria Assumpta” tambah penggerak Kelompok Pelayanan Kasih Bunda Maria wilayah Glodogan ini.  

Berikut ini aktifitas Mbah Guru selama aktif di Wilayah Glodogan:
Tahun 1958  -  1961, membantu Rama Y. Stormmesand, SJ.
Tahun 1961  -  1964, membantu Rama B. Sumarno, SJ.
Tahun 1964  -  1967, membantu Rama A. Sontobudoyo, SJ.
Tahun 1967  -  1971, membantu Rama C. Martawerdaja, SJ
Tahun 1971  -  1973, membantu Rama J. Darmaatmadja, SJ (sebelum jadi uskup)
Tahun 1973  -  1977, membantu Rama L. Dibyawiyata, SJ
Tahun 1977  -  1980, membantu Rama V. Soekasoemarta, SJ
Tahun 1980  -  1990, membantu Rama L. Van Woerkens, SJ
Tahun 1990  -  1998, membantu Rama J. Waskito, SJ
Tahun 1998  -  2001, membantu Rama B. Herman Tjahja, SJ.

K3A mengucapkan: "PROFICIAT. BERKAH DALEM."
(louis)
Baca Selengkapnya...

Friday, August 13, 2010

Pameran Lukisan Romo Danang

Romo Danang Bramasthi dari Paroki Girisonta, Keuskupan Agung Semarang (KAS) menggelar pameran lukisan pada hari Jum'at 6 Agustus - hingga Selasa 10 Agustus 2010. Pameran lukisan yang menampilkan belasan lukisan karya Romo Danang tersebut bertempat di Sanggar Widiarsakto, sekitar satu kilometer dari PT. Apac Inti Corpora, Bawen arah Semarang.

Menurut keterangan Bp. Widiarsakto, pemilik Sanggar Widiarsakto yg masih saudara sepupu Romo Danang, pembukaan pameran lukisan dihadiri oleh berbagai kalangan lintas agama, termasuk Dokter Munjirin yang baru saja memenangi Pilkada Bupati Kabupaten Semarang pada tanggal 31 Juli 2010 lalu.

"Dokter Munjirin sendiri kemudian membeli dua lukisan yg dipamerkan. Satu untuk beliau, satunya lagi untuk Pak Warnadi, wakilnya." Bpk. Widiarsakto menjelaskan.

Menyimak lukisan yang dipajang pada pameran tersebut, sepertinya Romo Danang ingin mengungkapkan kegelisahannya terhadap kondisi usaha yang kurang baik, yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini, khususnya di sekitar paroki Girisonta. Romo Danang sepertinya khawatir hal ini bisa mengancam kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan ini yang akan berdampak pada PHK atau pemutusan hubungan kerja. Hal ini bisa dilihat dari lukisan maupun judul-ludul lukisannya seperti "Tutup", "Kosong", "Membara", dsb.

Namun demikian, Romo Danang juga melihat bahwa di sana masih ada harapan. Lukisannya yang menggambarkan wajah seorang laki-laki dengan judul "Masih Ada Harapan" menunjukkan hal itu.

Pameran lukisan ini merupakan awal dari safari pameran lukisan Romo Danang yang akan diselenggarakan di berbagai tempat. Ingin gabung dalam pameran lukisan Romo Danang? Silakan hubungi Romo Danang atau Bpk. Widiarsakto.

Baca Selengkapnya...

Friday, August 6, 2010

Wednesday, July 14, 2010

Karyawan Katolik Apacinti Ikuti Pemaparan Credit Union

Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora (K3A), Semarang mengikuti pemaparan tentang Credit Union (CU) dari pengurus CU Bererod Gratia, Bawen, Kabupaten Semarang - Jawa Tengah. Pemaparan dilakukan di Apac Bawen pada hari Jum'at 09 Juli 2010.

Pemaparan mengenai Credit Union ini dilakukan atas inisiatif pengurus Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora dalam rangka memperkenalkan CU kepada anggota. Setelah pemeparan tersebut, beberapa anggota K3A langsung mendaftar sebagai anggota CU Bererod Gratia, Bawen.

Saat ini anggota CU Bererod Gratia mencapai empat ribu orang. Sedangkan kantor CU Bererod Gratia berada di Bawen, sekitar dua kilometer dari Apacinti.

Berikut ini sebagian foto dokumentasi acara pemaparan mengenai Credit Union (CU) tersebut. Dalam gambar nampak Bp. Ignatius Slamet Riyadi dari CU Bererod Gratia, Bawen sedang memberi pemaparan. Foto bawah adalah anggota Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora sedang serius menyimak pemaparan.

Setelah penjelasan ini tercacat 20 orang anggota k3A telah mendaftar menjadi anggota. Siapa lagi menyusul? Silakan menguhubungi Sdr. Joko Pitoyo di ext. 1311.  



Baca Selengkapnya...

Pengurus Karyawan Katolik Apacinti 2010_1012 Dilantik

Pengurus Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora periode 2010-1012 dilantik. Berikut adalah foto-foto kegiatan seputar kepengurusan baru Pengurus Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora periode 2010-1012 tsb.
Add caption
Baca Selengkapnya...

Karyawan Katolik Apacinti Reuni di Girisonta

Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora mengadakan reuni. Reuni diadakan di Sasana Manunggal Girisonta pada tgl 25 April 2010.

Acara reuni Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora diisi dengan Kilas Balik, Kesan Pesan Anggota yg sudah tidak bekerja lagi sebagai karyawan Apacinti, Pengarahan dari Romo Danang Bramasthi dan diakhiri dengan Misa yang dipimpin oleh Romo V. Sugondo.

Acara reuni Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora ini dihadiri oleh sekitar 50 orang karyawan aktif maupun non aktif. Karyawan Non Aktif di antaranya Bp. Rob Wijanto, Bp. Widi Haryono, Bp. Slameto beserta istri, Bp. Bayu dan istri, Bp. Bambang SP., Bp. E. Waldi.

Berikut adalah sebagian foto reuni Keluarga Karyawan Katolik PT. Apac Inti Corpora tersebut.



Baca Selengkapnya...

Monday, April 19, 2010

Ziarah Yerusalem K3A 2010

K3A kembali mengirim anggotanya untuk ziarah ke Yerusalem atas biaya perusahaan. Pada thn 2010 ini yang "beruntung" bisa berangkat ke Yerusalem setelah melalui seleksi ketat adalah Petrus Deni Kuncoro dan Indah Dewi.

Berikut ini foto kenangan mereka ketika berada di Yerusalem. Nampak Deni Kuncoro sedang memanggul salib, sementara Indah Dewi di belakangnya membantu memanggul salib.

Baca Selengkapnya...

Blog ini didukung oleh:


Foto Kenangan Ziarah K3A th 90-an. "Betapa indahnya jika kita bisa berkumpul kembali, bersaudara dan berbagi".